Sedikit beda memang pagi ini. Aku sedang ingin nulis tentang backpacking. Ya, tentang traveling kemana-mana dengan low cost. Semua ini karena kemaren ada kabar tentang majalah digital yang keren banget. Info Backpacker judulnya.
Memang masih ingat dulu, ketika memang masih di asrama, masih sekitar 12 bulan kurang menuju tapantri. Hari itu, tepatnya setelah sholat magrib dan berniat ke rumah makan. Setelah selesai makan.
“gia kadieu..aya rencana besar…”nampaknya serius ginan berkata seperti itu.
Aku pun sedikit santai, tidak berlari karena baru saja melaksanakan ritual makan yang sangat asik. Karena ngantri.
“nya naoan nan…”aku jawab santai sepertinya.
“kieu..”sedikit serius lagi. “urang teh hayang backpacking, tapi euweh batur..edek moal maneh ngabaturan engke, yah minimalnya mah jadi partner ketika jalan2…”
“hayu nan..”tanpa ragu. “kebetulan urang ge haying pisan..engke urang obrolkeun deui..”
“sip”simple saja, dia berlalu entah kemana.
Memang, salah satu temanku ini selalin sangat pintar juga punya rencana besar dan tinggi, seperti namanya ginan AULIA rahman. Sampai-sampain kepintarannya dalam hal agama tak pernah ku samai. Tetapi untuk soal jalan-jalan, traveling, atau tentang hal-hal besar lainnya, sellau asik ketika ngobrol.
Awalku berkeinginan berangkat traveling dengan yakin, ketika Garuda Indonesia kembali membuka penerbangan ke Eropa kembali setelah bertahun-tahun lamanya vakum. Dalam pikiranku saat itu, aku bisa menyicil perjalanan.
Sejak obrolan itu, aku memulai rencana. Yang pertama akan ku beli demi ambisi menjadi backpacker adalah sleeping bag, maklum karena jarang terdengar kabar ketika seorang backpacker tidur di hotel mewah yang mempunyai bintang. Tatapi, sampai ku tulis berita ini, belum juga bisa ku beli.
Akhirnya demi menyiasati itu semua, ketika semua perlengkapan backpacker ingin di beli, jangan sekali-kali menyentuh anggaran uang jajan keluarga. Simpelnya, aku harus bekerja ketika mulai kuliah di unpad.
Yah benar, karena simpelnya, aku tidak ingin kerjaaan demi memenuhi almanak eropa yang aku injak, semuanya mengganggu pendidikanku. Simpel saja lagi, aku ingin singapura menjadi petualanganku pertama.
Perjalanan tentang backpacker dimulai dari obrolan malam itu dan seterusnya. Tapi, aneh seakan-akan aku dan ginan jarang menularkan motivasi kembali tentang perjalanan. Ginan sibuk dengan rencananya, aku juga sibuk dengan rencanannya. Dan ketika akau dengan sangat terpaksa nyangkut di unpad, ginan malah secara resmi memulai perjalanannya dari syria, timur tengah sana. Dia hanya bertitip pesan satu sebelum pergi.
‘gia, kita akan di pertemukan, entah di belahan dunia mana.. ‘
Dari pesan itulah, timbul pesan singkat antar jiwa backpacker.. bahwa akau harus menjawab tantanganya itu. Berkeliling ke belahan dunia manapun, demi menemukan seseorang bernama ginan.
Eh, sebenarnya ada satu orang lagi yang telah sangat berjasa memberi tahuku tentang majalah backpacker itu, majalah info yang sangat berguna. Zahra namanya, di juga terinspirasi backpacker, mungkin mendahului ku. Dia sudah siap dengan rutenya.
Tapi, ya itu anehnya diriku, tidak pernah gitu sekalipun berbicara atau setidaknya memebrikan info tentang diriku ini yang ingin bertualang juga. Entah mengapa dalam diriku pagi ini, berkata.
“Zahra, ginan, dan semua yang ingin backpacking. Kita akan bertemu di luar sana, entah dimana..”
Dan pagi ini, tentu saja aku akan menambah tema di blogku ini. Menjadi.
Gia dan kehidupan backpacking-nya.
ya benar, backpacking adalah mimpi terselubung dalam diriku, selalin menjadi ketu FIFA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar