TAPANTRI(sekitar 12 belas bulan sebelumnya.)
Tasyakur pelepasan santri, ajang bercucurnya air mata.
Itu sebuah acara. Jika ada yang berpikiran apa itu TAPANTRI, sebuah kisah lucu misalnya, atau tentang nama yang sangat buruk atau apapun itu, jauhilah. Karena TAPANTRI sendiri merupakan sebuah acara yang sangat sacral bagi kaum asrama. Tempat aku tinggal selama 6 tahun.
Tasyakur lebih arti maknanya kepada rasa syukur, artinya kita serempak dengan sangat ingin dan di sengaja membuat acara untuk mensyukuri keberhasilan kita keluar dari sekolah ini, bisa selesai, atau istilahnya lulus atau kata lain lagi, tamat. Kata pelepasan berarti memang secra simbolik atau secara tidak langsung, acara itu ya melepas dalam arti akan kembali lagi. Tapi, kenapa ko di belakangnya ada kata ‘santri’, bukannya itu dip eke buat orang-orang yang nyantri, bisa baca buku yang kertas kuning di tulis pake bahasa arab asli dengan tata bahasa yang sempurna. Yang selelu pakai sarung, dan selalu mengucapkan “ assalamualaikum…” kepada setiap akhir yang lewat di depan.
Jawabannya adalah iya benar. Saya memang seorang santri tulen tanpa cacat. Mungkin jiak kartu pelajar saya tidak hilang di toko buku, saya bisa secara jelas membuktikannya. Pesantren kami berada di kota garut, atau bahasa kerennya boarding school, pesantren modern. Dimana pelajaran agama menjadi bahan utama yang jam pelajarannya lebih banyak lalu, pelajran umum menyertainya di sela-sela.
Kami bisa membaca buku-buku yang kertasnya kuning dan di tulis dengan bahasa arab gundul. Kami bisa mengaji(sudah tentu), kami bisa berbicara panjang lebar di podium, kami bisa segalanya, segalanya yang kalian pikirkan tentang seorang santri.
Masa resmi belajar kami di pesantren kurang dan lebihnya sekitar 6 tahun. Dan kalian tahu? Banyak sekali hal yang sangat mudah kami dapatkan, terutama tentang persahabta. Karena bayangkan saja, 6 tahun(bukan waktu yang sebentar tentunya) kita tidak pernah ganti teman sekelas dan segala sesuatunya tidak pernah berubah, betapa muaknya khan(hahay tidak hanya bercanda.). ya begituah kurang lebih.
Agar saya dan teman-teman saya juga teman-teman yang lainnya memberikan sesuatu penghargaan lebih atas waktu, pengorbanan, persahabatan, perjuangan, keletihan, dehidrasi, rasa bosan(dan muak), ras kesel alias keheul, rasa ambeuk alias marah, rasa enek ketika sakit, rasa pertolongan di bawa ke puskesmas ketika panas alias demam, kita semua dan sebelumnya(yang sebenarnya lebih menentukan), memilih untuk membaut sebua acara. Ya itu dia, TAPANTRI acaranya.
Tempat bercucurnya air mata, karena semuanya kan nangis di tinggal sahabat SMP sekaligus merangkap jabatan sahabat SMA.
“tapantri kedeng deui euy, aing bakal cerik!!”
“nu moal cerik, kuarang ajar. Teu ngahargaan.”
“ sia ulah poho nya ka aing…”
“Omat heueuh, engke mun can menang gawe..aing bantuan.”
“urang ulin ah yu, saacan TAPANTRI.”
“hiks.hiks.hiks.”
Asli, bahasa di atas hanya rekayasa. Tidak ada arti yang bermakna. Dan tidak sebenarnya terjadi.
Kurang lebih itulah sekilas yang ada di benak kami dan teman-teman terdahalu tentang TAPANTRI, lebih lanjut tentang tapantri akan di ceritakan di cerita selanjutnya. Ini hanya opening yang tidak grand.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar