Bernabeu

entah mengapa..aku punya banyak hal dengan bernabeu sana. cinta, impian, dan tentunya masa depan, semuanya bersama bernabeu di madrid sana.

Rabu, 21 Juli 2010

makanan dan seluk beluknya.

Masih sekitar 12 bulan kurang menuju tapantri.
Ada kalanya kita bersikap seenaknya, dan adakalanya kita bersikap seperti orang yang patuh terhadap aturan.
Dalam hukum alam yang terjadi di 12 bulan ini adalah pasti selalu ada saja yang berulang tahun. Dan anehnya, mereka yang dapat kesempatan berulang tahun di luar hari libur selalu merayakan dengan cara yang asik dan menyenangkan. Bagi yang berulang tahun ketika hari libur memang semuanya sedang menikmati liburan dan mungkin beberapa mengucapkan selamat saja, tanpa perayaaan yang asik.
Kalanya kita bersikap patuh adalah ketika jam sekolah tiba. Antara pukul 5:00-6:30, kemudian pukul 7:00-11:30, dan 16:00-17:30, kemudian terkadang pukul 19:30-21:00, pada waktu dan jam yang telah di tentukan itu kita berlaku seperti pemain sirkus, tetap patuh dan tersenyum bahagia ketika bermain.
Diluar waktu yang telah di tentukan itu, kita bersikap seadanya, baca buku, ngobrol ngalor-ngidul, mengerjakan tugas, bercanda, kejar-kejaran, bahkan ada yang memanfaatkannya dengan berduaan(baca:curhat).
Memang perilaku itu tidak pernah serempak dilakukan, tetapi ada saat yang khusus perilaku itu serempak ada dalam diri setiap teman-temanku, tak terkecuali aku. Semua teman-teman sekelasku berjumlah 35, di tambah satu anak tak tahu adat ini jadi berumlah 36.
Momen itu terjadi ketika salah satu saja ada yang berulang tahun.
“euy….ulang waka balik…” jangan dulu pulang maksudnya.
“aya naon kitu..” ada apa katanya.
“geus urang ka lapangan hayu bareng…”ayo kita ke lapangan bersma-sama.
Tidak mendapat penjelasan mengapa teman-temanku termasuk diriku ini harus ke lapangan, membuat kita tidak bertanya-tanya kembali, semua berjalan begitu saja.
Ketka di lapangan(yang tumben ketika itu sedikit mendung) jadi kita betah berlama-lama karena tidak ada matahari, semua sibuk dengan urusan masing-masing. Yang paling banyak memang mengobrol, tapi ada juga yang membaca buku. Nampaknya kurang pergaulan.
Aku pun ikut cekikikan saja, bersma yang lain. Walaupun erkadang merasa aneh karena hal yang dibicarakan itu terlalu lucu.
Tidak berselang lama, suara menjadi hening.
“dug….drgagggg.dug….” suara sepetu orang berlari di tanah(susah, tidsk bisa buat suara di kata-kata.)
Terlihat dari arah barat, atau sebelah kiri tiang bendera, ada dua orang membawa nampan makanan berisi seperti makanan ringan berupa gorengan. Kedua orang itu berlari kencang menuju ke arah kami karena ternyata teman lain mengejarnya di belakang, yang mengejarnya mungkin telah mengetahui rencana busuk di hari ulang tahun ammad.
Bukan rencana busuk sih, termasuk rencana baik hati, karena sebenarnya kita semua di kasih jatah 2 gorenagan tiap orang, tapi menjadi busuk karena jatah itu tak pernah sampai utuh ke tangan kita masing-masing, karena di taruh sembarangan tak pernah antri seperti nonton bioskop, maka setiap orang pun dapat jatah tak menentu, kadang ada yang tidak kebagian.
Makanan di geletakkan di atas nampan dan di taro di tengah-tengah lapangan, dan tanpa aba-aba semua berebut, barang siapa yang punya tangan panjang dia akan sangat beruntung, sangat beruntuh karena dalam perebutan itu, bisa mendahului dengan mudah.
Saya tidak tahu apakan panjangnya tangan sering berhubungang dengan tinggi badan, I don’t know..yang terpenting akau selalu menikmati hidangan dengan sangat nikmat.
“ah gelo…urang mana atuh..”mana bagian saya artinya.
“ah..euy, sory atuh da barudak kitu…” ammad mengeluh, dia pelaku utama yang menyebabkan semua ini terjadi sampai seterusnya.
Satu kekhasan teman-temanku yang sulit di lupakan, dimanapun berada. Maknaan merupakan judul favorit kami. Penolakan pada kesempatan pertama hanya basa basi saja, selanjutnya jika di tawari kembali makanan itu lenyap tak berbagi dalam beberapa menit.
Maka teknik yang pantas menghadapai teman-temanku soal makanan, ketika tawaran pertama di tolak ya sudah, jangan di tawari kembali, biar tak tekor tentunya..(gad eng, bercanda teman)…
Khas ulang tahun itu selalu terjadi, dari yang membeli gorenagan sampai merayakannya di restoran. Tetapi di restoran semuanya menjadi canggung, ita asik foto-fotan saja. Karena soal makanan sudah di jatah. Tak boleh ada yang curang, dan kecurangan itupun tak pernah terjadi karena semuanya di atur.
Kita menjadi sedih ketika di restoran. Karena aksi berebut tak pernah terjadi. Kita perlu ramenya saja terkadang, bukan kenyangnya. Saya pun yang notabene saring menang dalam perebutan itu, menjadi seperti kambing congek yang hanya bisa mengangguk-angguk tanda penghormatan.
kamin sepeti tergila-gila ketika makanan hadir, bukan tergila-gila dengan kelaparannya yang menyerupai piranha lapar, tetapi karena makanan itulah kita menjadi sangat dekat, dekat sekali bahkan.
Malam-malam itu kemudian, kami mengobrol kembali.
“engke mah moal kitu deui euy..” nanti kita tidak akan seperti itu lagi, berebut makanan.
ya mungkin 12 bulan nanti, setelah kita keluar. makanan oun hanya bisa di kenang dan tidak pernah merasakan lagi ajaibnya makanan yang mendekatkan kita.
Ya malam sekitar 12 bulan menuju perpisahan itu, kami semua membahas tentang makanan itu dan seluk beluknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar